Sabtu, 09 Mei 2009

Fenomena Perdukunan

Fenomena Perdukunan, Paranormal dan Batu Petir
Dikirim oleh webmaster, Ahad 22 Februari 2009, kategori Aqidah
Penulis: Al Ustadz Ja'far Shalih
.: :.
(Dukun n adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna,dsb) -http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

Dalam bahasa Arab, dukun biasa diistilahkan dengan kahin, ‘arraaf, munajjim atau sahir (tukang sihir), yaitu orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib, menebak isi hati, membaca pikiran, nasib, masa depan, jodoh, orang hilang, benda hilang, dengan cara melihat bintang, telapak tangan, garis-garis, dll. Atau orang yang bekerjasama dengan jin dalam mencelakakan korban, memisahkan suami dengan istrinya atau menjadikan mereka akur kembali. Dan sekarang mereka dikenal juga dengan istilah paranormal, magician, Ilusionis, “orang pintar”, dll.

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menerangkan salah satu rambu untuk menjaga keutuhan Islam seseorang, pada sabdanya beliau berkata,
من أتى عرافا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاته أربعين ليلة
“Barangsiapa mendatangi arraaf (dukun) dan bertanya kepadanya akan sesuatu, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam”. HR Muslim dari sebagian istri-istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Dan pada riwayat yang lain,
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa mendatangi kahin atau arraaf (dukun) dan dia membenarkan ucapannya maka dia telah kufur terhadap yang diturunkan kepada Muhammad (Al Quran)”. HR Ahmad dari Abu Hurairah Rhadiyallahu 'Anhu.

Arti arraf, dan kahin
Ibnul Atsir menjelaskan, yang dimaksud dengan arraaf (peramal) adalah ahli nujum atau “orang pintar”, yang mengklaim mengetahui ilmu gaib padahal hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mengetahui persoalan gaib. Tukang ramal ini termasuk dalam kategori kahin (dukun)”.

Al Imam Al Baghawi menerangkan: Arraaf adalah orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara-perkara dengan cara-cara tertentu yang dipakai sebagai petunjuk akan barang hilang atau tempat hilangnya barang dan semisalnya. Sedangkan kahin adalah orang yang memberitahu akan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan pendapat lain mengatakan kahin adalah orang yang mengetahui apa yang ada di dalam hati (mengetahui isi hati/membaca pikiran).

Makna hadits
Kedua hadits ini memuat ancaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam terhadap dua jenis golongan manusia.
Yang pertama, mereka yang datang kepada dukun/paranormal sebatas untuk bertanya. Dan yang ke dua, mereka yang datang, bertanya dan percaya. Masing-masing keadaan ini diberitakan baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam redaksi yang berbeda dan dengan akibat yang berbeda pula.

Adapun yang pertama, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengancam dengan ancaman, “Tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam”.

Al Imam An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan, "Adapun tidak diterimanya shalat (orang yang bertanya kepada dukun selama empat puluh malam), artinya tidak ada pahala untuk dia, meskipun shalat yang dilakukannya dianggap sah dan tunai kewajibannya dan tidak perlu baginya mengulangi shalatnya." (Syarah Shahih Muslim)

Dan golongan yang kedua, “Maka dia telah kufur terhadap yang diturunkan kepada Muhammad”. Dan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah Al Qur’an dan kufur terhadap Al Qur’an, berarti keluar dari Islam atau murtad.

Dan apabila kita memperhatikan fenomena di tanah air, perdukunan dan paranormal bukanlah barang haram yang harus dijauhi. Lihat saja berapa banyak iklan-iklan praktek perdukunan dan usaha-usaha klenik di koran-koran dan majalah-majalah yang beredar. Praktek-praktek ini begitu laris manis di tengah-tengah masyarakat muslim yang menjadi pasien mereka.

Dan tengoklah lebih jauh lagi, kita akan dapati sederetan nama-nama populer dalam barisan dukun/paranormal yang berhasil menipu jutaan pemirsa ummat Islam melalui acara-acara penyesatan yang disponsori stasiun-stasiun televisi dan iklan-iklan haram, yang menawarkan solusi kehidupan. Sebut saja seperti Mama Laurent yang katanya bisa membantu peruntungan, meramal masa depan, membaca pikiran, mengetahui isi hati, dll. Belum lagi nama-nama beken lainnya seperti Deddy Corbuzier, Romi Raffael, Ki Joko Bodo dan selain mereka.

Jelas ini merupakan realita yang menyedihkan. Bagaimana tidak, Indonesia yang merupakan negera berpenduduk muslim terbesar, ternyata merupakan ladang subur bagi penyebaran virus-virus kekufuran. Muslim Indonesia di persimpangan jalan?!

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah:"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”. (Qs. An-Naml: 65)
Dan dia berfirman tentang nabi-Nya,
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah:"Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (Qs. Al A’raaf: 188)

Apabila sebaik-baik makhluk, penghulu para nabi, manusia pilihan, kekasih Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja tidak mengetahui perkara ghaib, apalagi selain beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam dari manusia-manusia biasa yang kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir, atau meninggalkan shalat, banyak melakukan maksiat. Kemana perginya akal kebanyakan ummat! Hasbunallahu wa ni’mal wakiil.

BERORGANISASI, KENAPA TIDAK ?






Mungkin itulah salah satu kalimat yang cocok untuk meyakinkan orang-orang yang menganggap bahwa organisasi itu berseberangan dengan nilai akademik. Sekelompok orang atau beberapa individu ada yang beranggapan bahwa ikut aktif di sebuah organisasi dapat mngganggu aktifitas study mereka. Malahan ada yang menganggap bahwa ikut aktif di sebuah organisasi tidak lain hanya sekedar kumpul-kumpul, ikut-ikutan dan membicarakan suatu topic tertentu yang mneurut mereka tidak berguna sama sekali. Dari situ mereka mengambil kesimpulan bahwa alangkah lebih baik jika hanya berfokus dalam study saja dan abaikan saja apa itu yang namanya berorganisasi.

Dari sini kita dapat menangkap seklumit fenomena yang tentu saja tdak sesuai dengan asas dan tujuan dari organisasi itu sendiri. Selain itu juga apakah ada hubungan keterkaitan antara kebutuhan berorganisasi dengan akademik. Untuk menjawab hal ini kita harus mngerti dulu apa itu sebenanya organisasi dan bagaimana praktek pelaksanaan yang benar di dalam organisasi itu. Nah kalau kita sudah bener-bener tau, sudah barang tentu kita tidak akan tergolong sekelompok orang –orang yang menilai negative tentang berorganisasi.

Pertama, seperti yang kita ketahui organisasi merupakan sekelompoak orang atau suatu komunitas tertentu baik yang berlatar belakang pendidikan ataupun umum yang memiliki dasar yang jelas untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya yang ada disekitar kita, Kekeluargaan. Organisasi ini berdasar pada kesamaan asal kedaerahan. Biasanya oraganisasi seperti ini berdiri berkat rasa cinta dan memiliki mereka terhadap daerah asal kelahirannya. Dan biasanya hanya berdiri ketika keberadaan mereka di luar asal kelahiran mereka itu. Adapun tujuannya tentu saja pertama untuk tetap menjalin silaturrahmi dan juga untuk menunjukkan bahwa ini lo daerah ku !. Ini hanya salah satu contoh kongkrit dari sebuah oraganisasi dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya.

Dari pengertian organisasi sendiri kita dapat mengambil satu point penting yaitu kata sekumpulan atau sekelompok. Tentu sebuah orgnisasi tidak lepas akan hal itu. Bagaimana tidak, apa mungkin organisasi hanya dianggotai oleh satu individu saja. Kalau seperti itu namanya bukan organisasi tetapi sendiriisasi. Bagaimana kok sampai ada orang yang menganggap organisasi bukanlah suatu yang penting sedangkan kita tahu bahwa sebuah organisasi pasti di dalamnya terdiri dari sekelompok orang yang berbeda latar belakang, watak, pengetahuan, serta pengalaman dan lain sebagainya. Dengan keragaman dari sekelompok orang tersebutlah justru kita bisa memperoleh satu segi positif dari berorganisasi. Coba pembaca silahkan berfikir sejenak, jika ada sekelompok orang saling bertukar fikiran, beradu argument, saling memberi masukan satu sama lain dan saling mengisi jika ada kekurnagan diantara kedua pihak tersebut. Nah secara tidak langsung kita akan memperoleh nilai plus dari keikutsertaan dalam sebuah komunitas tersebut kan ! daripada kita mengotak-atik suatau hal menurut ide dan pendapat kita sendiri malah itu belum tentu benar.

Disamping itu, masih dalam artian sekumpulan. Satu point lagi yang harus kita tahu. Jika dalam sebuah komunitas menyepakati suatu perkara yang sebelumnya menjadi perbedaaan diantaa mereka, tentu saja kesepakatan itu lebih diperhitungkan dan dipertimbangkan daripada hanya berasal menurut pendapat seorang saja. Sehinga kita tahu sebuah ijma’ dari ulama malah menempati urutan ke tiga sebagai dasar hukum di dalam Islam setelah AlQuran dan Hadits yang tentu saja kesemua itu tidak lepas karena ijma’ ulama adalah sebuah kesepakatan umum yang semua anggotanya harus setuju. Dan organisasipun tidak lebih memiliki kandungan makna yang seperti itu.

Kembali kepada topik semula, menurut hemat penulis antara akademis dan kebutuhan berorganisasi itu memiliki hubungan erat. Kalau dalam istilah biologi mungkin simbiosis mutualisme yaitu hubungan dua unsur yang satu sama lain saling menguntungkan. Kenapa seperti itu, karena memang antara oraganisasi dan akademik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Edukasi merupakan asas dan pondasi untuk dapat bisa berperan aktif dalam sebuah oragnisasi. Berorganisasi tanpa memiliki dasar penddidikan yang cukup akan timbul anggapan berorganisasi cuman sekadar grubyak-grubyuk atau ikut ikutan saja.

Kalau kita sudah mengetahui bagaiman pentingnya nilai edukasi dalam ikut berperan aktif dalam sebuah oraganisasi, terus bagaimana imbal baliknaya. Tentu saja ada. Kan sudah penulis sebutakan bahwa ibaratnya adalah simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Jadi imbal balik organisasi terhadap akademik adalah merupakan realisasi atau penerapan dari yang semula belajar di bangku sekolah atau kuliah kemudian di peragakan secara langsung di lapangan. Kita juga akan mendapatkan banyak pengalaman bagaiman cara kita brsosialisasi dan bermsyarakat yang baik. Dan tentu saja pelajaran itu dapat kita peroleh hanya jika kita berorganisasi. Seprerti itulah keuntungan diantara keduanya yaitu saling mengisi dan melengkapi. Kalau diawal disebutkan bahwa ada sekelompok orang yang beranggapan ketidakpentingan berorganisasi lebih disebabkan oleh topik yang dikaji hanya hal-hal yang diluar dari seperti apa yang mereka dapatkan dibangku kuliah. Akan tetapi hemat penulis jusru hal yang seperti itulah yg malah bisa menopang dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagaiman cara kita berinteraksi dan bersosialisasi yang baik dengan masyarakat.

Akan tetaapi ada satu hal yang perlu diingat. Kita yang saat ini bersetatus sebagi mahasiswa haruslah pandai-pandai menyeimbangkan antara berorganisasi dan study. Jangn sampai kita berat sebelah. Dalam artian cuman mementingkan organsasi saja atau Cuma edukasi saja. Tapi usahakan kita mampu mengatur sebaik mungkin dan sedemikian rupa supaya kita dapat mengambil manfaat dari kedua hal tersebut. Kalau sudah seperti itu insyaallah akan sukses study sukses juga berorganisasi. Terus bagaimana tip-tip atau metode untuk bisa seperti itu? Kalau masalah itu nanti akan kita bicarakan lagi dalm kesepatan lain.

Tetep semangat dan istiqomah kawan….!

MAKNA DAN TUJUAN BERORGANISASI

Masing-masing orang mungkin berorganisasi dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada orang berorganisasi dengan tujuan ‘jadi tenar’, ada yang yang bertujuan ‘cari teman, cari pasangan, ada pula yang bertujuan ‘belajar mandiri dan percaya diri’, ada yang sekedar ikut-ikutan teman atau pasangannya tanpa tujuan yang pasti, dan yang lainnya dengan tujuan untuk berbuat baik.

Terlepas dari semua tujuan yang berbeda di atas, kita semua telah bergabung dalam suatu organisasi tertentu ( dalam hal ini organisasi BEM ), ketika visi dan misi serta tujuan organisasi dihantarkan, maka boleh dikatakan kita memiliki satu harapan atau visi yang sama pada umumnya yaitu mewujudkan BEM yang Solid, Maju,dan Berkesinambungan.

Saya teringat kalimat yang pernah diucapkan oleh Presiden BEM ‘ hidupilah organisasi jangan mencari penghidupan di organisasi’. Dewasa ini banyak orang berbuat baik untuk ketenaran dan nama baik ( lebih menitikberatkan pada apa yang bisa didapatkan daripada apa yang diberikan ). Dan kacaunya lagi ada orang yang tidak mau bekerja jika tidak ada namanya atau bahkan nama organisasinya maka ia segan membantu walaupun ia mampu dan punya waktu.

Sekarang mari kita teliti masalah-masalah yang kerap kali muncul dalam berorganisasi.

Misalnya, ketika beberapa anggota kita tidak merasa berkepentingan sehingga sering tidak hadir/ tidak ikut dalam rapat atau tidak muncul dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Ada perasaan bahwa kita ini kurang dihargai tetapi kita juga tidak bisa terlalu memaksa. Itulah masalahnya. Hendaknya dipahami, sebagaimana masing-masing dari kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab sendiri-sendiri yang harus dipenuhi maka sedapatnya kita memenuhi tanggung jawab dan kewajiban kita. Jangan pernah berpikiran ‘toh aku tidak digaji kok’, ‘memangnya dipecat’, ‘ ah peduli amat’, ‘lagi bad mood’. Pikiran seperti ini tidak tepat. Terkecuali bila ada urusan yang mengharuskan non-aktif dari organisasi seperti, sakit, atau pindah kuliah/ luar kota.

Selanjutnya kita juga sering berkata bahwa perbedaan pendapat adalah wajar. Tetapi tidak jarang kita belum memahami, jika pendapat tidak didengar maka akan sakit hati dsb. Porsi kerja yang dibedakan juga kadang-kadang menimbulkan dilema.

Dalam organisasi, kita belajar menghargai orang lain, menerima nasehat, dan mendengarkan pendapat tetapi juga tegas dengan apa yang baik yang sesuai untuk dilakukan dengan yang tidak sesuai atau yang harus kita hindari. Kita juga menjadi teladan bagi organisasi-organisasi di bawah BEM. Ketika mereka melihat manfaat-manfaat yang diperoleh maka mereka bisa terinspirasi dan berkarya.

Sebagai bagian dari organisasi saya mendorong teman-teman untuk berkembang dan maju. Tetapi ada saatnya kita patut mengasihi diri sendiri seperti ini : bila dulunya saya adalah seorang yang penyabar maka sekarang cepat emosi/mudah tersinggung/ banyak yang tidak kusenangi, bila dulunya saya berbahagia sekarang banyak tekanan batin, bila dulunya bisa tidur nyenyak sekarang banyak pikiran, bila dulu jarang gosipin orang sekarang siapapun digosipin.

Bila hal-hal di atas ada pada diri kita, maka kita patut bertanya pada diri kita sendiri. Apakah saya cocok menjadi bagian dari organisasi?, berorganisasi itu baik atau tidak, bermanfaat atau tidak itu tergantung pada masing-masing orang yang menjalani. Oraganisasi itu adalah suatu sarana yang menjadi pilihan untuk mengembangkan diri. Ada orang yang cocok dan cepat maju dengan berorganisasi. Sebaliknya ada orang yang cocok dan cepat maju dengan pilihan lainnya yang juga terpuji.

Selamat bororganisasi!!!!!!semoga makna dan tujuan berorganisasi yang baik ada pada diri anda.( fla )